Impian dan Realitas, Sebuah Renungan Sederhana

“Bukan impian yang harus menyesuaikan dengan kemampuan Anda, tapi Anda sendiri yang harus bisa menyesuaikan kemampuan untuk mencapai impian-impian luar biasa yang telah Anda tuliskan. Itulah hakikat “menuliskan” dan mencapai impian” 

 (Pembuat Jejak)

 

Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan ini adalah sebuah realita dan sangat jauh dari yang namanya mimpi dan angan-angan, sehingga kemudian mereka mengatakan:

 

“Realistislah dalam hidup, hidup itu bukanlah dunia khayalan. Jangan bermimpi terlampau tinggi…” dan ungkapan senada lainnya.

 

Di satu sisi saya sependapat bahwa hidup adalah realitas, namun di sisi lain saya tidak sependapat bahwa memiliki impian yang tinggi hanyalah aktivitas buang-buang waktu semata. Sejarah peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran impian (cita-cita) sebagai langkah awalnya. Banyak sosok-sosok luar biasa yang berhasil mencapai titik-titik kemahsyuran kehidupannya dengan mewujudkan impian-impian yang sebelumnya terkesan mustahil di mata orang lain.

 

Bagi mereka, impian-impian besar yang mereka miliki adalah sebuah ikhtiar bahwa kehidupan ini akan begitu indahnya apabila diisi dengan mewujudkan impian-impiannya. Mereka ingin menjadi bukti, dan bukan sekedar menunggu bukti.

 

Wright bersaudara sempat dicap sebagai orang gila dan pembual ketika mereka ingin membuktikan bahwa teknologi untuk terbang seperti burung di angkasa akan dapat diciptakan oleh manusia suatu hari nanti. Sebuah impian yang mustahil kala itu, bagaimana mungkin benda yang yang begitu berat bisa terangkat ke udara layaknya burung yang jauh lebih ringan.

 

Ketika Wright bersaudara berhasil meluncur dengan pesawat sederhana bermesin ganda, semua orang terbelalak kaget, seolah mereka dipaksa menjilat air ludah yang telah mereka ludahkan sendiri. Dan dari sanalah kemudian teknologi modern pesawat terbang berkembang begitu pesatnya hingga menjadikan mudah sebuah perjalanan jauh untuk ditempuh Itulah kekuatan sebuah mimpi.

 

Adalah seorang lelaki mulia yang pernah hidup di jazirah Arab lebih dari 1400 tahun yang lalu. Ia dianggap gila dan berbahaya oleh penduduk kampung bernama Thaif, beramai-ramai penduduk melontarkan batu-batu kepadanya hingga mengucurlah darah dari kakinya akibat lemparan itu. Hari itu ia memilih untuk menahan diri untuk mewujudkan sebuah cita-cita, mengajarkan risalah akan kesempurnaan Allah SWT di seluruh penjuru dunia, ia-lah Muhammad SAW.

 

Ketika tertatih-tatih meninggalkan Thaif, datanglah malaikat penjaga gunung kepadanya dan menawarkan untuk menimpakan gunung di atas Thaif. Namun Rasulullah tetap konsisten dengan “impian”-nya untuk mengemban amanah ilahi dan bukan larut dalam kesedihan dan kemarahan, oleh ulah penduduk Thaif, sehingga ia justru berkata:

 

“Semoga Allah mengampuni mereka. Bila hidayah tidak turun kepada mereka, mungkin hidayah akan turun pada anak cucu mereka”

 

Subhanallah…

Ternyata, orang-orang yang sukses dalam mencapai dan mewujudkan impiannya adalah mereka yang konsisten dengan usahanya meraih impiannya itu dan tidak tergoyahkan oleh cobaan serta ujian yang menerpanya.

 

Tentu, realistis adalah hal yang diperlukan dalam kehidupan, namun jika kurang tepat memandang realita maka Anda hanya akan terjebak di sana dalam waktu yang lama.

 

Ada sebuah kisah menarik yang saya ingat ketika suatu hari saya bertemu dengan seorang mahasiswi asal Indonesia dari Papua. Ia bercerita bahwa ia berasal dari sebuah desa terpencil yang ketika bersekolah saja harus jalan kaki lebih dari 2-3 jam dan itu ia lakukan dari SD-SMA. Banyak warga desanya yang hanya bersekolah sampai SD saja, namun ia tidak mau terjebak dalam realita yang umum terjadi di desanya. Ia bercita-cita sekolah hingga S1 dan jika memungkinkan ia ingin suatu saat melanjutkan kuliahnya ke luar negeri. Satu-satunya jalan yang bisa ia tempuh adalah ia harus berprestasi di setiap detik waktunya.

Secara logika mungkin akan sangat sulit bagi sosok sepertinya memiliki impian setinggi langit… tapi ia ternyata mampu melakukannya. Ketika ajang olimpiade sains nasional tk SMU di gelar, ternyata ia bisa tembus hingga final di nasional. Sehingga atas rekomendasi Prof. Yohannes Surya, ia mendapatkan kesempatan untuk kuliah S1-nya di Jepang.

 

Dari kisah itu… coba kita renungi bersama… jika ia menyerah pada realita sebagai anak desa terpencil di papua, mungkin ia hanya akan menuliskan impian yang sama dengan kondisi orang-orang yang ada di desanya. Tapi ternyata tidak demikian. Ia menuliskan mimpi untuk menjadi bukti, bahwa realita di masa depan ditentukan oleh impian dan usaha yang diperjuangkan mulai saat ini. Ia berusaha menyesuaikan kemampuan dirinya untuk bisa memenuhi syarat-syarat tercapainya impian besarnya itu, bukan justru menuliskan impian yang dibatasi oleh kemampuannya.

 

Ia hanya satu dari jutaan sosok lainnya yang menuliskan impiannya agar kemampuannya bisa ia usahakan untuk dapat mengejar dan mencapai impiannya, dan bukan sebaliknya. Intinya, ketika Anda menuliskan impian-impian Anda, segera sadari dan rinci syarat-syarat apa yang harus Anda penuhi agar impian itu terwujud. Karena impian-impian yang Anda tuliskan itu hanya akan menjadi tulisan saja ketika Anda tidak tahu dari mana memulai mengusahakan agar tercapai. Sederhananya begini…

 

Jika Anda memiliki impian ingin sekolah ke Jepang, maka syarat yang harus Anda penuhi adalah mendaftarkan diri dalam sebuah program yang bisa membuka jalan Anda ke Jepang. Jika Anda diam saja dan berharap mimpi yang Anda tuliskan itu terwujud dengan sendirinya, itu baru yang namanya bermimpi untuk membuang-buang waktu saja.

 

Dan… perlu Anda sadari… semakin tinggi sebuah pohon tumbuh, akan semakin kencang angin yang meniup puncaknya. Impian yang tinggi resikonya ketika “jatuh” pasti akan sakit, Impian besar tanggung jawabnya juga besar. Itu sudah sunnatullah, karena dengan “ujian-ujian” itulah sebuah impian ketika tercapai menjadi sebuah nikmat yang luar biasa yang harus kita syukuri.

 

Bersyukurlah atas apa yang Anda dapatkan kini, karena diluar sana masih banyak yang tidak seberuntung Anda. Sukses selalu 🙂

(Sumber: http://danangap7.multiply.com/journal/item/73)

 

2 pemikiran pada “Impian dan Realitas, Sebuah Renungan Sederhana

  1. lanjutkan perjuangan ANDA semoga Alloh swt kasih kemudahan jalan menuju Ridhonya.
    semoga dalam sejengkal langkah ANDA selalu dinilai ibadah di sisi Alloh swt.Amiin.
    sukses selalu

Tinggalkan Balasan ke muhammad zamroni Batalkan balasan